In the Name of Mudik ke Pemalang


Kami menahan nafas sejenak ketika dari kejauhan terlihat titik hitam tugu perbatasan kota; the border town….

”Vava, itulah kampung halaman kita. Tidak ada sungai, sawah, suara burung, sapi atau kerbau. Dulu memang banyak, tapi tidak saat ini. Semua sudah berganti, menjadi areal perkotaan”

Image

”Tapi itu kan pintu gerbang, kota Pemalang” protes Vava.

”Ya, sepanjang jalan setelah pintu gerbang dan bangunan-bangunan itu, dulu Bapak dan Ibu dilahirkan. Tumbuh besar seperti kalian, tapi tidak seberuntung kalian. Toko toko di sepanjang jalan ini dulu adalah sawah seperti yang kalian bayangkan selama ini. Nenek kamu, dulu dimakamkan di tanah itu pula,” aku tak tahu apakah Vava dan Vivian bisa memahami. Tapi itu harus kusampaikan kepada mereka.

Ya selama ini selalu kuceritakan hamparan padi dan sawah yang bakal kita singgahi. Gemerincing sungai serta rinbun tanaman padi yang lenyap tak berbekas…

Leave a comment