Saya mencoba merangkai memori dengan terseok, membayangkan masa-masa sekolah di kelas 1.5 SMA 1 Pemalang. Sekarang tahun 2024, berarti sudah 33 tahun telah lewat. Saya harus menulis storyline kenangan sekolah masa itu. Tentu dalam perspektif subyektifitas saya.
Kelas 1.5 adalah kelas Medioker. Kelas tengah dari total 9 kelas di tahun 1991 dulu. Lokasinya ada di lekok huruf L sisi sebelah kiri. Di depan kelas ada Toren air, dan di belakan kelas adalah tempat parkir siswa.
Memakai seragam putih abu butuh adaptasi, setelah selama 3 tahun kami sekolah di SMP. Masa SMA adalah masa permagangan kita menjadi dewasa. Demikian juga ketika awal awal kami berkumpul sebagai siswa baru SMA Pemalang. Bermacam latar geografis siswa ngeblend menyaru. Tahun 1991, penerimaan siswa memang tak ada istilah Zonasi seperti sekarang. Latar geografis siswa lebih heterogen. Smansa saat itu jadi magtitute orang daerah untuk kumpul menggapai ilmu. Nah kelas 1.5 dihuni oleh beberapa ‘jagoan kampung” dari beberapa daerah di luar Pemalang yang bergabung ngeblend. Siapa yang tak kenal Slamet Riyadi (SR), siswa berbadan paling besar se angkatan 91. Teman2 seringcerita kalau SR ini anaknya yang jual sate di Prapatan Beji. Tapi Rojek sering menambah kesereman si SR. Katanya SR gak mau meneruskan bisnis bokapnya. SR kemudian bisnis sate Badak di Cilegon. Makanya SR ini sakti, ditembak gak mempan, begitu Rojek cerita ke teman2. Kabarnya SR pernah jadi penyiar radio…ini yang cerita Helmi.
Ada juga Ali Fakuri preman Pasar Dongkal yang rambutnya selembut Landak. Tapi meskipun menyimpan passion kepremanan, Ali bisa membawa diri, dalam artian tidak tertalu konfrontatif. Karakter lain adalah Rojek (Alm). Siapa alumni SMP 2 Pemalang yang gak kenal Rojek. Ya soal kesaktiannya 11 – 12 sama si Hendrik. Rojek di masa tuanya jadi Preman sungguhan pengusa terminal Sirandu Pemalang. “Notorious” kalau ingat tembang hits dari Duran Duran yang ngehits saat itu. Dedengkot lain yang petakilan ya Helmi Faesol (HF). Helmi adalah representasi bocah kemlitak. dan rame umbrus dari Pemalang Timur. Doski penguasa daerah Comal…
Dalam perspektif sosiokultural, proses asimilasi siswa jagoan yang dari luar kota Pemalang, terkadang kurang berjalan mulus. Secara bawah sadar, “jagoan” kandang, wong Mulyoharjo, almarhum Rozikin (biasa dipanggil Rojek). Rojek tak salah karena dia merasa punya “territorial”. Suka atau tidak, tersirat atau tersurat alm Rojek pernah berbisik padaku:
“Yog, kae HF “kemlitak” suwe suwe tak totok ndase nganti anjlok mengko.” Rojek berkata dengan logat ngapak Pemalang.
Setelah itu saya mendengar “gesekan” antara Rojek dan HF yang akhirnya HF berdamai. HF sekarang jago politik. Sempat jadi Ketua PAN Pemalang, sebelum gagal jadi caleg Gerindra.
Tapi perdamaian dan konsolidasi para dedengkot ini kemudian menjadi masalah. Kelas 1.5 sering di Skorsing saking mbelernya.
Yang pertama Guru Sejarah yang sedang hamil berjalan mau ngajar ke kelas. Entah siapa oknumnya, tba2 ada paduan suara; “Dum ….Dum…Dum….” Ibu guru tersinggung dan lapor Kepala Sekolah, akhirnya kelas kami di skorsing.
Kejadian kedua kena skorsing akibat oknum mencopot kayu meja bu Guru. Gak sopan nih siswa mau mengintip alih alih bilangnya kayu copot sendiri. . Saya tidak menyebut nama, tapi kreatif sekali si siswa. Terdakwanya siswa cowok yang duduk di depan…biar menjadi rahasia he he he
Kelas 1.5 setelah 33 Tahun
Saya sedang meeting ketika 2 tahun yang lalu seorang kawan sekelas di 1.5 minta bertemu. Ya akhirnya kami ngobrol di CofeeBean. Ini bukan pertemuan pertama, karena sebelumnya kami ngobrol dengan orang yang sama di Cilegon. Saya tanya perjalanan hidupnya. Saya kupas tuntas pengalamannya menjadi ketua Ikatan Arsitek Indonesia wilayah Banten saat itu. Ya dia adalah Candra Gunawan, si doglong yang dulu kuliah di Arsitektur UGM. Candra adalah teman keluyuran saya pas SMA dulu.
Sekitar 5 tahun lalu saya liburan nginep di Aston Bandung. Tiba tiba ada wa masuk dari seseorang yang berkabar dia sedang nginep berlibur di Bandung juga besama keluarga. Akhirnya kami bertemu dan makan bareng di restoran Sunda di Jalan Pasteur . Siapakah dia? Cismanto asli Kendal Doyong.
Saya masih menggunakan persepsi Cismanto yang saat itu masih kerempeng, pendiem memakai sepeda ontel ke sekolah. Cismanto setelah lulus SMA, diterima di STAN Pajak, dan meneruskan sekolah Master. Istri juga orang Pajak. Saya pernah diajak main ke rumah Cismanto di daerah Pondok Bambu. Sayangnya setelah itu kita tak berkabar, dan saya mendengar istri Cismanto meninggal dunia karena kanker. Alfatehah.
Amin Taufik Ardiyanto anak 1.5, ini anak Camat Ampel Gading saat itu. Dulu Opik penggemar Roger Tailor, karena saya inget buku tulisnya bercover drummer Duran Duran. Opik lumayan ganteng ketika SMA meskipun agak jerawatan. Di tulisan lain saya pernah menulis kalau Opik pernah berantem sama Agus Japrik, terkait gadis H yang saat saat itu menonton bersama saya…Karir Opik mentereng jadi orang Pajak di BalikPapan.
Heni? sekarang malah jadi sahabat istriku. Heni kisah orang sukses bisnis yang merintis dari bawah. Sekarang bisnis Heni maju dengan toko besarnya dan punya beberapa karyawan. Hebat Heni bisnisnya berkembang pesat 5 tahun terakhir. Heni salah satu sahabatku, alumni 1.5 yang pernah dikunjungi Candra, tapi Ban Motor di kempesi bocah Cokrah.
Kardinah pernah ketemu sekali, kebetulan dia lagi ada proyek di Kantor sebelah Trans TV. Kardinah ketemu dan kutraktir di Warung Pojok Markonah. Kardinah alumni 1.5 (Maaf kalau saya salah?). Setelah lulus SMA doski kuliah di STT Telkom. Suaminya juga kerja di Telkom dan punya bisnis mentereng.
Shita yang dulu pemain Band SMA 1 juga pernah main ke Trans TV. Saya kasih payung sebagai cindera mata teman mantan 1.5 SMA 1 angkatan 91.
Wisna? terakhir ketemu pas Reuni angkatan 91 di Aula SMA Pemalang. Wisna punya cirikah rambutnya mirip Indomie Rasa Ayam Bawang. Wisna hebat…dulu dia paling jajannya gorerang di Pak Dirman…eh tuwene bisa jualan mobil Traktor di UT. Wisna, Cismanto yang dulu termasuk bocah meneng dan alim kayaknya pernah jadi korban Bullying geng bangku belakang yang sering notoki ndas.
Yang lain sampai lulus SMA belum pernah ketemu..Hindah Anida, 1.5 lulus kuliah di Kedokteran Undip yang jadi dokter. Mulyadi 1,5 lulus kuliah di ITB jurusan Geologi tapi setelah dewasa jarang berintaksi. Gunawan Putra Jaya, saya masih bingung, apakah sahabat saya dulu ini kelas 1.5 atau bukan. Gunawan kuliah di ITB jurusan Geodesi. Bagus Suharsono, teman sebangku juga belum pernah ketemu…Edinur si tegak lurus juga belum pernah ketemu.
Titik Ariyani sudah almarhum. Abidin domba juga sudah tiada. Juga Rojekin putra Rembulan juga sudah meninggal.
Sekali lagi, tulisan ini bukan bermaksud riya atau apalah. Dengan segala kerendahan hati tulisan ini hanya sekedar dokumentasi, mengenang teman2 kelas 1.5 Alumni Smansa 91.
Penulis minta maaf jika ada yang terlewat, dan tulisan sekedar mengenang….