Japarisme di Pemalang, Antara Perlawanan Simbolis Ataukah Sekedar Ingin Tampil Beda.


Grungestyle

Ini bukan artikel serius; mohon dibaca tanpa mengernyitkan dahi…

 

Saya menggunakan konteks ikon lokal Pemalang, Japar sekedar untuk membangun jembatan memori dari gaya berpakaian dan berbusana si Japar, bukan pada atribut lainnya yang melekat.

Kenapa Japar dan Siapa Japar? Japar bak selebritis Pemalang di era 90 an. Namanya terkenal diseantero Pemalang. Selain itu, Japar adalah pengusung mede grunge. Apa itu Grunge?

Dalam wikipedia, Grunge adalah sebuah sub genre dari rock alternatif yang muncul pada pertengahan 1980-an di negara Amerika Washington, khususnya di wilayah Seattle. Terinspirasi oleh punk rock, heavy metal danindie rock, grunge umumnya dikenali melalui suara distorsi gitar yang berat dan lirik melankonis atau apatistik.Grunge bercirikan clana belel, bolong di dengkulnya.

Japar dan Juru bicara Kaum Grunge di Jalanan Pemalang

Terinspirasi grunge,si Japar bermode kaos oblong belel dengan syal warna warni buluk, bercelana robek di dengkul, bersepatu boot dan berhelm proyek., itulah deskriptif si Japar. Siapa yang akan membantah kehadiran si Japar di panggung jalanan kota Pemalang ? kita kupas dalam perspektif lokal culture of study di Pemalang.

Rangkaian jembatan tersebut, bagaikan dejavu, sesaat, ketika lebaran kemarin mudik ke Pemalang. Betapa tidak, saya juga menemukan fenomena identik, banyak bergerombol muda mude bergaya grunge di pojok jalanan Pemalang. Dengan kaos oblong dan sandal jepit sebagai penanda simbol, dan mereka hadir di setiap sudut kota. Merangsang batok kepala kita untuk sekedar mengupasnya. Apakah ini hanya sekedar trend, kecenderungan untuk tampil berbeda ataukah ada sedikit perlawanan simbolis dalam konteks politik lokal anti kemapanan?

Atau nggak lah mungkin kedengarannya kelewat lebay, tapi yang namanya perlawanan simbolis, penanda konteknya lebih soft, tapi terhadap apa dan siapa?

Antariksa, seorang peneliti culture of study, mencoba menghubungkan teori kaos oblong; celana dekil dengan ekspresi kebebasan. Kaos tadinya dipakai untuk pakaian dalam. Celana juga lebih formal. Fungsi kaos dan jeans sebagai pakaian luar baru bisa tersebar ke seluruh dunia tatkala John Wayne, Marlon Brando, dan James Dean—melalui film-film yang mereka bintangi—mengenakan kaos dan jeans sebagai pakaian luar. Itu terjadi pada tahun 1950-an.

Tapi bukan berarti setelah mereka mengenakan kaos dan jeans sebagai pakaian luar, dunia segera merubah pikirannya. Pada tahun-tahun itu, konvensi mode dunia masih beranggapan bahwa kaos tetap merupakan “pakaian dalam”. Titik.

Oleh karenanya, mengenakan kaos dan celana jeans, ditilik dari konvensi mode dunia kala itu, adalah sesuatu yang “unfashion”.

Nah, justru konvensi macam inilah yang melambungkan politik identitas kaos oblong bulukan.

Seperti yang awalnya dipakai para generasi peneris Japar dan berlanjut sampai saat ini.

Konteks Perlawanan Budaya Masyarakat Pemalang.

Ali Surahman, 2015 dalam kajiannya mengemukakan stuktur masyarakat di Pemalang yang ibarat Jam Pasir. Klas menengahnya, sebagai pengusung perubahan kosong, kalaupun ada cenderung diam. Banyak faktor yang mempengaruhi fenomena ini: Selain karena sektor riil di Pemalang yang mandek, proses urbanisasi dipercepat karena core perekonomian pertanian dan perikanan nelayan yang menjadi basis inti, dianggap kurang memberikan insentif yang memadai. gejolak harga komoditas pertanian yang murah sangat memukul petani.

Tak heran terjadi eksodus muda pergi merantau keluar kota, khususnya ke Jakarta untuk berdagang bubur ayam, mie ayam dan lainnya karena ketiadaan lapangan pekerjaan di Pemalang. Sementara struktur piramida puncak yang tumpul didudukan para birokrat, Pegawai Negeri Sipil (sektor swasta di Pemalang kurang berkembang, sector riil mandek). Mereka yang diatas dengan zona nyaman dan status quo nya.

Dalam konteks lokal Pemalang? “Perlawanan” halus ini yang menentang kebuntuan, kemampetan dalam berekspresi karena kurangnya dukungan dari pemerintah daerah. Pendek kata perlawanan terhadap kelas mapan dominan birokrasi dan “the have” oleh klas menengah muda yang menuntut perubahan.

“Kelompok-kelompok anak muda pemberontak” inipun kemudian  mengadopsi kaos butut dan celana belel sebagai bagian dari identitas diri mereka. Sebagai anak-anak muda yang mengangankan diri mereka menjadi orang yang keluar dari norma sosial yang ada. Sejumlah kelompok kemudian ramai-ramai mengenakan kaos dan celanan yang disobek lengan dan lututnya bolong—sebagai sebentuk penolakan sekaligus resistensi terhadap konvensi penolakan terhadap kemapanan dan dominasi tadi.

Di sinilah “rekam jajak” soal ketegangan itu terlihat. Ketika sejumlah anak muda yang menolak konvensi  lokal, ramai-ramai memakai atribut kaos dan celena jean, sandal jepit ala Japar, mereka pada dasarnya sedang melakukan “pembebasan”, merayakan “otonomi” mereka atas tubuh dan gaya pakaian mereka sendiri. Simbolis yang ingin dikomunikasikan ke publik adalah perayaan terhadap kebebasan berekspresi tanpa terhegemoni klas.

kaos-tahun-depan-ke-pemalang-2559326

Tapi ada yang menarik disini; Pertanyaannya apakah gerakan sosial dalam berbusana kaos oblong, celana belel dan sandal jepit di kalangan anak anak muda Pemalang merupakan bentuk perlawanan simbolis terhadap dominasi politik lokal ataukah hanya sekedar memerankan tampilan yang beda???

Bisa ya bisa tidak….perlawanan simbolis pun pada akhirnya hanya perlawanan semu yang menyasar dirinya sendiri…

Dan ada yang tidak disadarai oleh mereka, dan ini kemudian menjadi lucu…”perlawanan tersebut secara tak sadar kemudian dikomodifikasikan oleh mereka sendiri….toh di Pemalang sekarang marak distro distro, pernik pernik asesoris mode yang dikenakannya. Singkat kata …perlawanan tersebut akhirnya terkooptasi oleh belalai ideologi besar yang dilawannya.

Mereka mungkin bisu dan tak sadar, bahwa perlawanan senyap mereka pada akhirnya mengarah ke jiwa mereka sendiri..

Ayo takon karo Japar he he he

Leave a comment