Pilkada Pemalang, Semoga Bukan Bar Ji Bar Beh,


Barjibarbeh, Bubar Siji Bubar Kabeh apa Silit Babi Abang Kabeh?

Pernah denger kalimat bar ji bar beh? Kalimat tersebut biasanya diteriakkan oleh anak kecil di Pemalang untuk mengakhiri dolanan atau permainan. Semacam  mantra kalimat penutup yang dilantunkan di akhir sebuah permainan.

So what gitu lho? Apa makna filosofis dibalik mantra bar ji bar beh tersebut?

Menurut narasumber budayawan mbeling  pemalang, Ki Ali Surahman, Bar ji bar beh adalah semacam simbol, sign dan penanda  solidarisme. Dialah penanda bentuk solidaritas untuk melakukan aktifitas bersama secara soliter sesuai dengan yang direncanakannya, dalam konteks ini adalah perintah untuk bubar bareng bareng bersamaan secara serentak.

Seperti aba aba komando, mantra bar ji bar beh merupakan “kesepakatan lisan” untuk bersama sama mengajak semua anggota kelompok, harus solider melakukannya. Jika ada yang tidak solid atau melakukan pemberontakan atau perlawanan terhadap mantra bar ji bar beh ini maka akan mendapatkan sangsi sosial dianggap keluar dari kelompok bermainnya? otoriter? tergantung dari perspektif mana kita melihat.

Dalam konteks politik , konsep barjibarbeh kemudian dipersonifikasikan terhadap praktek ajaran sama rasa sama rasa dan menghalalkan cara untuk mencapai tujuan namun sekaligus membencinya karena ‘rumongso’ sebagai bangsa timur solidaritas kita ini kuat. Satu sama lain adalah keluarga, berkelompok maka semua menjadi ‘brayat’ kerabat. Pada kita biasanya hanya guyub dan rukun kalau sama-sama susah, begitu ada kemungkinan untuk senang dan enak maka yang lain ditinggalkan.

Mengedepankan perasaan kolektif, kekerabatan membuat kita kerap berpikir jika satu dicubit maka semuanya akan terasa sakit. Padahal nyatanya kan tidak demikian. Prinsip satu dicubit semua sakit ini membuat banyak kejadian dampaknya lebih besar dari yang seharusnya. Seorang ketua partai ditangkap karena disangka korupsi maka seluruh anggota partainya meradang, seolah semua ikut ditangkap dan dinista oleh sang penangkapnya.

Prinsip Bubar Siji Bubar Kabeh kemudian menjadi lawan dari himbauan untuk berpolitik secara santun dan legowo andai terjadi apa-apa dengannya. Ketika tak ada persoalan memang kebanyakan orang dengan mudah mengatakan akan menerima keadaan apapun, kalau harus kalah ya tak akan menangis, kalau menang ya tak akan bersorak-sorai. Tapi lagi-lagi semua ini omong kosong belaka. Begitu ada persoalan hilanglah semua sopan santun, hilanglah sikap legowo untuk menerima kenyataan dengan lapang dada.

Pilkada Pemalang akan di laksanakan tanggal 9 Desember 2015. Kalah menang adalah hal biasa dalam sebuah kompetisi. Kita berharap jangan sampai ada istilah barjibarbeh pasca pilkada nanti..

 

Jangan sampai ada Bar Ji Bar Beh, diartikulasi menjadi Silit Babi Abang Kabeh….

Leave a comment