Ketika Wong Pemalang Mendefinisikan Wanyad


40685228_10156857263488900_3846846621836902400_n

Nongkrong dengan wong Pemalang di Cafe DJurnal  Grand Indonesia bareng: Agus Ahmad (Dosen UI dan US Embassy), Ritno Hendro (mantan Redaktur inilah.com), Sri Yanuarti ( peneliti LIPI), Robby Arya Brata ( Sekretariat Negara, calon ketua KPK), Hery Susyanto (Pengusaha Kulinaer Ayam Geprek), Winarto Rakhmat (Pengembang Property)

 

———

Saya lahir di kota kecil Pemalang di Jawa Tengah. TK sampai masa aqil balig SMA saya lalui disana. Ada kenangan menarik, masa muda dengan ikon lokal WANYAD SUJAPAR yang layaknya KURT COBAIN di Seattle jadi juru bicara gen Y lokal Pemalang saat itu.

Kenapa Wanyad dan Japar, orang2 yang nyleneh bin gendheng bisa hadir dalam soft politik lokal di Pemalang?

Jaqcues Lacan adalah filosof post strukturalis psikoanalis, yg seperti Freud, percaya dengan adanya fantasi. Fantasi hadir karena adanya rasa kehilangan. Ketika kita tidak mendapatkan sesuatu yang real, seseorang cenderung mengartikulasikannya dengan fantasi. Fantasi ini direpresentasikan dengan simbol, atau sign, atau penanda.

Misal, orang pemalang selalu merepresentasikan perilaku yg menyimpang dan negatif dengan simbol simbol tertentu. Dan sialnya Wanyad lah yang menjadi kambing hitamnya.

” Woi, kowen nyambut gawene sing bener sih, ojo kaya Wanyad…”, tutur wong pemalang jika mendapatkan perilaku koruptif di pemalang.

Atau…

” Song wowohi kae bocah urung tau disunati Japar”, …Japar direpresentasikan sebagai tukang sunat orang malas di pemalang.

Kenapa Wanyad dan Japar kemudian diartikulasikan simbolis sebagai perilaku koruptif atau negatif. Itu adalah reaksi dari ekspektasi bersama masyarakat pemalang yang mendambakan pemerintahan yg bersih dan transparan. Dan ketika masyarakat sering memergoki perilaku anomali inilah yang kemudian menimbulkan Fantasi.

Bagaimana caranya agar gak berfantasi? Lacan bilang, jangan kehilangan makna yang real, atau tidak menyimpang.

Artinya sampai kapan Wanyad dan Japar tidak hadir di arena soft politik Pemalang?

Sampai Godot yang di tunggu hadir di kota ini, kata Samuel Buckett

Leave a comment