Ipin Dan Silahturahmi Keluarga Besar Mbah Djukat


jadul3

Terakhir saya mengobrol dengan Ipin atau Arifin 28 tahun yang lalu. Tepatnya di tahun 1990 an ketika saya masih SMA. IPIN adalah saudara sepupu yang berasal dari desa Serang Petarukan Pemalang. mungkin karena kebetulan kami sepantaran secara usia, Ipin sepupu yang akrab teman main catur, bercanda gurau bahkan saling bully meledek layaknya anak kecil jaman dahulu.

Selepas SMA saya melanjutkan kuliah di Universitas Padjajaran Bandung. Sayapun jarang ngobrol atau bertemu Ipin lagi. Kesibukan masa kuliah dan dilanjutkan dengan pekerjaaan pasca kuliah, sayapun sudah melupakan sosok Ipin, sahabat kecil yang akrab dulu. Paling pernah dengar selentingan kalo ipin akhirnya merantau jauh ke Riau.

Tiba tiba tadi sore ada dering telepon hp dari nomor yang tidak kukenal. Biasanya saya males mengangkat telepon di hari kerja dari orang yang tak kukenal. Tapi hari ini lain.

Ya, telepon dari seseorang yang membangkitkan memori masa laluku. Ipin yang selama ini hilang dari memoriku; menelepon bercerita tentang kabarnya. tentang keluarganya, tentang sakit liver yang baru diidapnya. Tentang kondisinya. 28 tahun tak berkabar melalui media apapun akhirnya dia meneleponku….

 

Hidup Yang Mengaliur

Perbincanganku di telpon dengan Ipin menyadarkanku bahwa hidup terus mengalir meskipun sepertinya baru kemarin kita melewati masa kanak kanak.

Kita berkembang dan belajar dari apa yang telah lewat. Dan sampai disini, terkadang kita mengagumi diri kita sendiri. Bukan ini bukan suatu narsisisme yang kemudian datang setelah memutuskan sesuatu yang penting – melibatkan kenangan, rasa dan reuni disana, semuanya. Melainkan suatu kesadaran baru bahwa bagaimanapun, mekanisme kedirianku emoh ditundukkan untuk menjadi sekedar sahaya.

Sepele? Atau terlalu melodramatis? Ah, terserah saja. Karena semua rasa bahagia, kecewa, kesal, marah, dan lainnya nyata kurasakan pada masa lalu dan masa yang akan datang.  Kenangan yang tertinggal di masa lalu menjadi penghalang kita untuk menyadari bahwa sesungguhnya hidup terus mengalir.

Tetapi pahamilah waktu yang terus menggerus kita baik dari segi fisik pun kesempatan. Kita yang hidup hari ini adalah sejuta kesempatan yang menggelar di kaki langit. Apapun bisa dicapai dan lakukan. Kita yang masih diberi kenikmatan sehat dan bernafas, alangkah eloknya saling bersilahturahmi dalam kebaikan.

Karena apa?

Ingat, liang kuburan itu sempit, maka selagi diberi kehidupan, besilahturahmi dan berbagilah kepada sesama…..

Dan Alhamdullilah….pada lebarann 2018 inni rencnanya keluarga besar Mbah Jukat akan melaksanakan silahturahmi di rumah Pak Ruslani, pada hari Minnggu H+3 nanti.

 

Leave a comment