Sepur Trutuk Dalan Ngetan


Kalimat “Kereta Uap Berjalan Ke Timur” bisa jadi tidak bermakna apa apa; tapi tidak jika itu adalah sebuah PAROLE nya Ferdinand De Saussure. Jika kerangka referensi dan bidang pengalaman si pelontar pesan dan penerima pesan, berkesenjangan. Jaka sembung bawa golok, katanya.

Content is contex and contex is content. Isi teks harus sinkron dengan konteksnya, karena kata tak hadir di ruang hampa. Parole Sepur Trutuk Dalan Ngetan untuk konteks Pemalang adalah kalimat yang bersayap. Ada yang tersirat dibalik yang tersurat, karena ungkapan tersebut adalah ungkapan rahasia yang tidak bersifat universal. Intinya, untuk memahami tidak cukup mengerti konten, isinya, tapi juga konteksnya.

Dimana bumi dipijak, langitpun dijunjung. Nah jika anda pendatang yang belum mengetahui adat budaya lokal Pemalang, hati hati mengucapkan kalimat sepur trutuk dalan ngetan di daerah Pemalang perkotaan. Karena sebenarnya untuk konteks lokal Pemalang, kalimat tersebut tidaklah berdiri sendiri.

Itu yang dilakukan teman saya orang Jakarta yang baru tiba di Pemalang. Sebut saja dia dengan Budi.

Tetiba sampai di Pemalang, doski lapar, dan bertanya pada seorang gadis penunggu Jogja Mall:

“Mba, kamu tau istilah ” sepur trutuk jalan ngetan” ? Itu lokasinya dimana ya ?”

Maklum, doski sebelumnya menyangka arti sepur trutuk jalan ngetan ya restoran khas di Pemalang…

Si mba cantik bengong…secepat kilat..reflek menutup bagian bawah dengan tangannya.

Rooming…dasar Wanyaad

Leave a comment