Bocah Di Perempatan Sirandu Pemalang


bocah

Tanpa mimpi seseorang tidak akan menjadi siapa-siapa. Mimpi hadir karena kita mencecap kasih sayang. Kasih sayang memberikan dorongan dan semangat, sebuah elan vital yang menggerakkan semesta. Ia adalah pupuk terbaik yang menyuburkan benih di tanah gersang sekalipun. Ia menumbuhkan apa yang tak mungkin menjadi mungkin. Mimpi menjadi sebuah kenyataan.

Aku terbayang si bocah itu. Bayanganku mengangsa, diterpa angin malam yang ganas, Ia menggeliat tidur memeluk tiang. Bayangkan jika bocah kecil lain seperti dirinya juga ada ditiap penjuru dunia melakukan hal yang sama. Ia aset bangsa tentunya, punya potensi sebagai manusia. Tetapi kita hanya menatapnya seolah Ia bukan siapa-siapa atau apa-apa.

Mungkin nasibnya hanya ada dua. Ia mati muda diserang angin malam saat pergi memeluk mimpi bermain boneka dengan teman sebaya. Ataukah hidup lama tanpa juga mengenal mimpi dan mengubah sendiri nasibnya. Entah kado seperti apa yang dipersiapkan Tuhan didepan sana untuk si bocah itu. Semoga bukan hanya janji menuju surga yang diberikan oleh-Nya. Karena setiap duka hanya ada saat manusia hidup, begitu pun apa yang kita sebut bahagia. Sisanya baik surga dan neraka juga adalah sama-sama mimpi yang ter-manifestasi jadi imajinasi.

Siapa yang peduli? ya di kota yang juga sekarat ini, ya mereka lebih peduli hingar bingar pilkada. Mereka lebih asyik dininabobokan janji janji palsu..

Leave a comment