Kontemplasi Reuni SMP 2 Pemalang


30 Tahun akhirnya kita dipertemukan dengan rekan rekan Alumni SMP 2 Angkatan 88. Salut kepada teman teman yang datang jauh jauh tanpa mengenal kasta dan posisi bergabung guyub seduluran di Kebun teh Semugih yang asri ini. Terharu dan seperti mimpi akhirnya kita bisa bersua kembali.

Ada semacam ketersejapan singgah ketika memori kita masih menangkap kenakalan dan keinsengan prilaku kita dulu dimasa kini yang sudah berubah. Azis Sidqi teman yang dulu tangannya patah, 30 tahun kemudian sudah menjadi Direktur di Telkom. Yusuf yang dulu pendiem tapi playboy, tak terasa sekarang sudah meduduki posisi Deputi Direktur Marketing di Perhutani. Atau Sigit yang dulu sering ngebut pake RX King sekarang sudah jadi Jaksa Karir di Kalimantan. Yang di Pemalang juga Mulyanto, Camat Ampelgading, Nuraji Harjono dan Warsito yang bosnya camat camat di Brebes juga hadir. Dan sebagainya dan sebagainya..salut ditengah kesibukan yang seabrek mereka meluangkan waktu untuk berkumpul….Semua berkumpul guyup tanpa atribut, bergandengan tangan dalam tagline ngobrol seporedte, seduluran selawase….

Ada secuil kerinduan yang terobati ketika bersua dengan rekan rekan pasca 30 tahun menyebar, menebar dan menyeruak banyak yang hilang. Foto foto reuni dibawah mewakili gambaran kebersamaan reuni..

 

Kontemplasi Reuni SMP 2 Angkatan 88

Soal komtemplasi reuni, aku juga merenung.

Kita berkembang dan belajar dari apa yang telah lewat. Dan sampai disini, aku mengagumi diriku sendiri. Bukan ini bukan suatu narsisisme yang kemudian datang setelah memutuskan sesuatu yang penting – melibatkan kenangan, rasa dan reuni disana, semuanya. Melainkan suatu kesadaran baru bahwa bagaimanapun, mekanisme kedirianku emoh ditundukkan untuk menjadi sekedar sahaya.

Sepele? Atau terlalu melodramatis? Ah, terserah saja. Karena semua rasa bahagia, kecewa, kesal, marah, dan lainnya nyata kurasakan pada masa lalu dan masa yang akan datang. Tiba-tiba teringat Heidegger yang kelam itu. Ia berseloroh dalam kajian filsafatnya tentang Ada. Sungguh njelimet! Tetapi betul juga setelah kupikir ulang. Kenangan yang tertinggal di masa lalu menjadi penghalang kita untuk menyadari bahwa sesungguhnya hidup terus mengalir.

Seseorang dikenal dan dikenang dalam ritme waktu karena atribut ke-Ada-annya. Manusia hanya saling mengenal atribut-atribut yang menempel padanya sepanjang hayat. Atribut-atribut itu mencakup kualitas cum kuantitas fisik pun non fisik seperti sifat dan karakter. Dan sayangnya, kita seringkali terjebak dalam pseudo kenangan masa lalu ini. Menghamba diri dalam kondisi sedih sesedih-sedihnya. Tak apa berlaku demikian. Karena memang jika menyangkut hati semua bisa jungkir balik.

Tetapi pahamilah waktu yang terus menggerus kita baik dari segi fisik pun kesempatan. Kita yang hidup hari ini adalah sejuta kesempatan yang menggelar di kaki langit. Apapun bisa dicapai dan lakukan.

Dan saya pun turut mengalir. Saya memutuskan untuk berhenti terjebak kenangan dalam lorong relasi personal dengannya. Ada yang seketika terbebas dalam kekang relasi yang setelah dipikir ulang tak setara untuk saya.

Dan kemarin setelah reuni, ada seseorang yang whatsapp meminta maaf ke diriku….meminta maaf tentang masalalu…..plong atiku…..

Semangat…..

Leave a comment