Sebenarnya ada apa dengan tempat kelahiran kita ini diapit oleh dua kota yang mayoritas orang mengenalnya tetapi kota kita sendiri sangat sedikit yang mengetahuinya . Apa problemnya ? Bahasa Sundanya what is the problem ?. The big problem is kota kita mungkin kurang ada sesuatu yang dikenal . Seperti Pekalongan ada batik , jelaslah sampai orang India pun tahu , Tegal ada Warteg seantero ibukota minimal tahu apa itu warteg . Nah sekarang Pemalang juga punya yang khas , Grombyang , tapi bahkan sebagai orang pemalang pun aku sendiri baru mengenalnya ketika kelas 2 SMP , itu pun jika tidak ada pak guru baik hati yang mau mentraktir sampai sekarang mungkin aku belum tahu 😀 .
Inilah kelemahan kota yang sangat kita cintai ini memiliki banyak potensi luar biasa di berbagai bidang tetapi tidak terkonsep dengan baik , kurangnya publikasi juga merupakan masalah besar . Kenapa publikasi kurang ? inilah sebenarnya PR pemerintah daerah Pemalang yang harus segera diselesaikan . Berbagai masalah telah menumpuk . Namun sebagai warga Pemalang saya kurang melihat kerja nyata para aparat pemerintahan yang menggembar gemborkan janji dahulu kala itu .
Mungkin dulu aku belum cukup mengerti kenapa desa-desa masih bnayak jalan yang belum di aspal , kenapa masih banyak warga desa yang hanya lulusan SD , kenapa sebagian besar jalanan yang mengalami kerusakan sangat lambat sekali penanganannya . Serta kenapa kecamatanku yang notabenenya paling timur daerah yang seharusnya perlu diperhatikan lebih justru kesannya terbengkalai . Bahkan dulu aku mengalami apa yang namanya bersekolah di bangunan yang sangat tua dan kerap kali bocor jika hujan mengguyur .
Wajar saja jika kami anak-anak perbatasan ini lebih mengenal Pekalongan dengan baiknya , mengenal seluk beluk kota tersebut dengan mudahnya dibandingakan dengan kota kelahirannya sendiri . Petugas – petugas kesehatan , pendidikan , bahkan pemerintahan didaerah kami tidak sedikit yang berasal dari Pekalongan. Jadi wajar saja jika kami kesannya memisahkan diri . Segi bahasa dan lain- lain sama sekali berbeda dengan Pemalang pada umumnya . Saya merasa daerah paling timur ini kurang mendapat perhatian yang layak .
Pemerintah bahkan masyarakat Pemalang menurut saya kurang mengeksplor daerah mereka . mindset kebanyakan orangnya masih agak mundur. Maaf nih sebelumnya saya melihat sendiri fenomenanya didaerah selatan Pemalang , kecamatan x . Ketika itu saya sedang berwisata kesalah satu daerah khas disana , sepanjang jalan di tempat wisata itu anak-anak usia produktif asik meminta sesuatu dari kami para wisatawan (afwan , mengemis/meminta-minta) . Siapa yang tidak sedih melihat mereka yang seumuran adikku jam sekolah bukannya berangkat kesekolah , belajar membaca , menulis , menghitung , malah sibuk mencari uang dengan cara yang demikian .
Sampai akhirnya aku tergelitik untuk mewawancarai salah satu diantara mereka . Kebanyakan mereka menjawab tidak bersekolah karena faktor biaya , namun ada satu anak usia sekitar 8 tahunan menjawab bahwa buat apa dia sekolah yang mengeluarkan uang lebih baik cari uang . Nah , sedih piusan euy dengernya #mewek , kesimpulanku anak-anak seperti itu tidak mungkin mengeluarkan pendapat yang demikian jika tidak ada orang dewasa yang mencetak pikiran mereka menjadi seperti itu . salah satu pelajaran yang saya petik dari buku psikologi anak 😀 .
Itulah salah satu fenomena , sebuah potret kehidupan yang cukup mengerikan di daerah tercinta ini . Disaat pesta pora merayakan HUT Pemalang berlangsung begitu meriahnya menghabiskan dana puluhan bahkan ratusan juta disisi lain didaerah selatan Pemlang ada yang mencari keping – keping rupiah dengan cara yang demikian menyedihkan .
Menuntut dan mengkritik itu memang sangat mudah dilakukan , memberika solusilah yang sulit . Pastilah mereka akan berucap yang demikian. Namun sebenarnya banyak solusi yang dapat dilakukan andai saja pihak yang berkewajiban melakukan berbagai macam kebijakan itu bersungguh-sungguh melakukannya .
Masalah daerah yang belum layak , jalanan belum memenuhi syarat , saluran air kacau , irigasi parah , banjir merebak , semuannya dapat diminimalisasi melalui tindakan yang preventif. Misalnya saja melakukan perbaikan daerah tersebut bekerjasama dengan para warga dan tentunya kontraktor yang bersih dalam tanda kutip , jangan menggembar gemborkan mengenai anggaran yang kurang dari pemerintah daerah , kurangnya saja yang digembar gemborkan toh kita tidak pernah tahu berapa anggaran yang mengucur dari pemda itu . Kita masyarakat hanyalah boneka di negeri dongeng.
Saya merasakan sendiri beberapa kali mengirimkan surat keluhan ke salah satu media yang harusnya dapat menjadi pertimbangan , hasilnya selalu nihil . Ide – ide para pemuda kurang di hargai didaerah ini . Mereka para orang yang berwenang lebih mnyukai melakukan pengobatan daripada pencegahan . Berita banjir menerjang , barulah sibuk mencari solusi itulah yang terjadi di mayoritas daerah di Indonesia.
Andai saja peran pemuda lebih diperhatikan , andai saja para pemuda yang diperhatikan itu amanah , Mungkin akan lain ceritannya . Pemuda di daerah ini kurang mendapat peran yang strategis . saya tidak hanya membual . inilah kenyataan . Mari kita perhatikan adakah beasiswa BIBIT UNGGUL DAERAH yang di gelontorkan oleh pemerindah daerah , adakah dukungan pemerintah kepada kesatuan-kesatuan mahasiswa Pemalang yang ada di berbagai daerah di Indonesia ,bahkan mereka tidak melirik sedikitpun .
Pertanian di daerah Pemalang belum semaju daerah lain , kenapa hal ini bisa terjadi padahal banyak putra-putri Pemalang yang menyandang gelar sebagai sarjana pertanian . Ini kenapa ? kenyataannya yang terjadi adalah kurangnya dukungan dari pihak yang berhak membuat kebijakan yang membuat mereka lebih memilih mengadu nasib sebagai pembangun pertanian di daerah lain .
Saat itu saya dalam perjalanan pulang dari kampus tercinta dan Bapak- bapak yang ada disebelah saya adalah salah satu pejabat pemerintahan . Setelah lama berbincang-bincang dan Bapak itu mengetahui aya dari Kampus yang basicnya pertanian maka dengan PDnya Bapak itu mengeluarkan statemen . “Oh , jadi banyak juga ya pemuda Pemalang yang kulliah di IPB tetapi kenapa pertanian daerah tidak berkembang , masih loyo saya sampai sekarang” . Nampaknya seperti itulah potret yang ada .
Sekarang PR kita sebagai generasi muda yang akan diamanahkan tentang keberlangsungan masa depan Pemalang adalah bagaimana kita mengatasi berbagai problema yang ada sekarang ini . Selain itu juga diperlukan ide – ide luar biasa untuk merealisasikan mimpi menuju Pemalang lebih baik .
SEMANGATTT !!!!!
Ditulis oleh Riska Amelia
Disalin apa adanya dari Blog http://riskamulyo.wordpress.com/2013/01/29/curhatanku-untuk-pemalang-ikhlas/comment-page-1/